Rabu, 05 April 2017

Teater di Ujung Mata

Posted by Unknown on 01.48 with No comments


Teater Eska “Sang Penyejuk”

            Menghitung beberapa manusia yang tidak menyukai seni mungkin bisa dilakukan. Tetapi manusia yang ingin belajar berproses seni itu juga tidak sedikit. Lambat laun manusia menemukan keindahan berseni. Betapa pentingnya seni dalam kehidupannya. Tanpa seni solah-olah hidup ini hampa dan biasa saja. Tapi dengan seni hidup ini hidup dengan banyak warna. Manusia pun berhak memilih seni-seni mana yang memikat hati pencintanya. Salah satu yang berkediaman di hati saya adalah seni Teater dan segala prosesnya yang menunggu saya menyelami keindahan berteater.
            Teater Eska, sebuah tempat yang ditemukan dan menjadi anugrah dari Tuhan yang berkediaman di Gelanggang UIN Sunan Kalijaga ini memiliki milyaran daya tarik tersendiri bagi pecinta seni, baik itu musik, keaktoran, sastra dan seni mengolah rasa lainnya. Jika kita menengok dari segi tempat, “Eska” merupakan tempat pulang bagi segala perasaan penghuninya. Tempat nongkrong sekaligus tempat belajar berproses. Entah dihuni oleh berapa jiwa-jiwa tetap dan berapa jiwa-jiwa sementara yang hanya ingin nongkrong di Eska, yang jelas Eska sebagai tempat atau wadah terjalinnya simpul-simpul diantara penyayang seni. Bukan hanya itu saja sebenarnya, gelanggang di Eska juga sering digunakan untuk acara-acara lain seperti Silat, Teakwondo, jenis bela diri lain dan pentas seni juga.
            Menilik sebuah potret tentang Eska, dalam melihat sekilas bangunan dan tempatnya yang kotor serta para penghuni Eska yang kebanyakan berambut gondrong bukanlah suatu hal yang menyeramkan bahkan menjijikkan bagi saya khususnya. Tapi bagaimana sebuah Eska yang melahirkan seniman-seniman yang berprestasi dan berkualitas dalam berdrama di kehidupannya.
            Awal ketika saya menginjakkan kulit kaki saya di tanah Eska disambut sangat serius dengan keakrabannya oleh para penghuninya. Yaitu ada Mas Habib, Mas Pendy(Efendi), Mas Tresna, Mas Gufron, Mas Kurniawan dan Mas Betem. Yang cewek ada Kak Rizki, Mbak Anisa, Mbak Neneng dan Mbak Malika (Nevy). Ya hanya segitu yang baru saya jelajah. Masih banyak penghuni Eska yang belum aku beri salam. Kekeluargaan Eska sangat kental. Tidak mengenal ini anak orang baru, orang lama, orang-orangan dan entah asalnya dari mana orang tersebut. Semua dianggap sama dan layaknya tidak ada sekat. Dibuat oleh rasa nyaman berinteraksi dan datangnya suatu keluarga baru. Bagaimana kopi dan teh menjadi pembuka dan teman yang sangat mesra. Dimana dapur itu sebagai saksi bisu. Bentuknya memang bisa dibilang mirip dapur. Tapi saaya tidak pernah memenui gula dan garam disana. Atau memang sengaja tersembunyi agar membuat penasaran. Sekitar dapur ada gazobo dan tempat lesehan nongki yang recommended.
            Eska. Tempat yang diharapkan banyak pecinta seni Teater mengekspresikan bakat dan hobinya. Tersalurkan lewat berbagai kegiatan dan event-event. Disana banyak hal kita pelajari lebih dalam. Dari mulai hal kecil yang jarang orang memperhatikan sampai hal yang selalu orang lakukan.
            Menghayati bunyi, memaknainya lebih dalam. Mengharmonikan dengan bunyi-bunyi lain. Belajar mengenai siapakah seorang aktor itu, meniru orang lain, menjadi diri sendiri, menjadi aktor terbaik dalam kehidupan. Memahami cara kita berbicara dan mengeluarkan kata-kata. Berdialog dengan perasaan dan kata-kata. Balajar untuk fokus, membangun imajinasi dan kecerdasan. Itu adalah secuil dari apa yang diperolah 3 hari latian dasar di Eska. Hanya sebutir debu. Bahkan mungkin belum. Namun, jika dari hal yang sebutir debu itu kita bisa memaknainya sungguh-sungguh. Yakinlah. Teater lebih dari memaknai hidup tetapi teater adalah kehidupan. Itulah yang membuat tiap pasang kaki tertarik melangkah ke Sanggar Eska untuk belajar.
            Memang, saya belum begitu mengenal apa itu Teater dan apa itu Eska. Teater Eska adalah wadah yang paling cocok untuk mengolah rasa, mengolah diri dan lebih dari itu yang tidak bisa dijelaskan. Mengenal Eska itu penting. Bisa jadi suatu kesalahan jika tidak mengenal apa itu Eska. Ini terlalu berlebihan memang. Tapi biarlah.
            Eska, tempat menghibur diri, belajar dan berbagi. Tempat menemukan berbagai rasa, pengalaman dan hal yang akan mengejutkan hidupmu. Berproseslah bersama Eska. Temukan dirimu. Jadilah berbeda. Eska yang akan hidupkan jiwa-jiwamu.