Menghitung
beberapa manusia yang tidak menyukai seni mungkin bisa dilakukan. Tetapi
manusia yang ingin belajar berproses seni itu juga tidak sedikit. Lambat laun
manusia menemukan keindahan berseni. Betapa pentingnya seni dalam kehidupannya.
Tanpa seni solah-olah hidup ini hampa dan biasa saja. Tapi dengan seni hidup
ini hidup dengan banyak warna. Manusia pun berhak memilih seni-seni mana yang
memikat hati pencintanya. Salah satu yang berkediaman di hati saya adalah seni
Teater dan segala prosesnya yang menunggu saya menyelami keindahan berteater.
Teater Eska,
sebuah tempat yang ditemukan dan menjadi anugrah dari Tuhan yang berkediaman di
Gelanggang UIN Sunan Kalijaga ini memiliki milyaran daya tarik tersendiri bagi
pecinta seni, baik itu musik, keaktoran, sastra dan seni mengolah rasa lainnya.
Jika kita menengok dari segi tempat, “Eska” merupakan tempat pulang bagi segala
perasaan penghuninya. Tempat nongkrong sekaligus tempat belajar berproses. Entah
dihuni oleh berapa jiwa-jiwa tetap dan berapa jiwa-jiwa sementara yang hanya
ingin nongkrong di Eska, yang jelas Eska sebagai tempat atau wadah terjalinnya simpul-simpul
diantara penyayang seni. Bukan hanya itu saja sebenarnya, gelanggang di Eska
juga sering digunakan untuk acara-acara lain seperti Silat, Teakwondo, jenis
bela diri lain dan pentas seni juga.
Menilik sebuah
potret tentang Eska, dalam melihat sekilas bangunan dan tempatnya yang kotor
serta para penghuni Eska yang kebanyakan berambut gondrong bukanlah suatu hal yang
menyeramkan bahkan menjijikkan bagi saya khususnya. Tapi bagaimana sebuah Eska
yang melahirkan seniman-seniman yang berprestasi dan berkualitas dalam berdrama
di kehidupannya.
Awal ketika saya
menginjakkan kulit kaki saya di tanah Eska disambut sangat serius dengan
keakrabannya oleh para penghuninya. Yaitu ada Mas Habib, Mas Pendy(Efendi), Mas
Tresna, Mas Gufron, Mas Kurniawan dan Mas Betem. Yang cewek ada Kak Rizki, Mbak
Anisa, Mbak Neneng dan Mbak Malika (Nevy). Ya hanya segitu yang baru saya
jelajah. Masih banyak penghuni Eska yang belum aku beri salam. Kekeluargaan
Eska sangat kental. Tidak mengenal ini anak orang baru, orang lama,
orang-orangan dan entah asalnya dari mana orang tersebut. Semua dianggap sama
dan layaknya tidak ada sekat. Dibuat oleh rasa nyaman berinteraksi dan
datangnya suatu keluarga baru. Bagaimana kopi dan teh menjadi pembuka dan teman
yang sangat mesra. Dimana dapur itu sebagai saksi bisu. Bentuknya memang bisa
dibilang mirip dapur. Tapi saaya tidak pernah memenui gula dan garam disana.
Atau memang sengaja tersembunyi agar membuat penasaran. Sekitar dapur ada
gazobo dan tempat lesehan nongki yang recommended.
Eska. Tempat yang
diharapkan banyak pecinta seni Teater mengekspresikan bakat dan hobinya.
Tersalurkan lewat berbagai kegiatan dan event-event. Disana banyak hal
kita pelajari lebih dalam. Dari mulai hal kecil yang jarang orang memperhatikan
sampai hal yang selalu orang lakukan.
Menghayati bunyi,
memaknainya lebih dalam. Mengharmonikan dengan bunyi-bunyi lain. Belajar mengenai
siapakah seorang aktor itu, meniru orang lain, menjadi diri sendiri, menjadi
aktor terbaik dalam kehidupan. Memahami cara kita berbicara dan mengeluarkan
kata-kata. Berdialog dengan perasaan dan kata-kata. Balajar untuk fokus,
membangun imajinasi dan kecerdasan. Itu adalah secuil dari apa yang diperolah 3
hari latian dasar di Eska. Hanya sebutir debu. Bahkan mungkin belum. Namun,
jika dari hal yang sebutir debu itu kita bisa memaknainya sungguh-sungguh.
Yakinlah. Teater lebih dari memaknai hidup tetapi teater adalah kehidupan.
Itulah yang membuat tiap pasang kaki tertarik melangkah ke Sanggar Eska untuk
belajar.
Memang, saya belum
begitu mengenal apa itu Teater dan apa itu Eska. Teater Eska adalah wadah yang
paling cocok untuk mengolah rasa, mengolah diri dan lebih dari itu yang tidak
bisa dijelaskan. Mengenal Eska itu penting. Bisa jadi suatu kesalahan jika
tidak mengenal apa itu Eska. Ini terlalu berlebihan memang. Tapi biarlah.
Eska, tempat
menghibur diri, belajar dan berbagi. Tempat menemukan berbagai rasa, pengalaman
dan hal yang akan mengejutkan hidupmu. Berproseslah bersama Eska. Temukan
dirimu. Jadilah berbeda. Eska yang akan hidupkan jiwa-jiwamu.