Rabu, 31 Mei 2017

Makalah Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

Posted by Unknown on 01.05 with No comments


MAKALAH
Sejarah Masuknya Islam dan Perkembangannya di Indonesia
Oleh:
Anindya Rizqi Widodo
16340052
Ilmu Hukum/B
Fakultas Syari’ah dan Hukum
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah SKI & Budaya Lokal
Dosen : Siti Jahroh, S.HI., M.SI.

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
2017







BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
            Situasi dan kondisi telah melakukan perubahan sosial yang memiliki cakupan luas dalam abad XV dan XVI. Perubahan sosial ini disebabkan oleh persebaran agama Islam beserta sistem politiknya yang ditandai dengan perubahan keyakinan beragama dari masa kejayaan agama Hindu-Budhaa ke masa perkembangan agama Islam. Sejarah Islam di Indonesia pastinya memiliki keunikan tersendiri karena disamping memberikan nuansa dalam keberislaman yang memiliki sifat dan karakter berbeda, selain itu juga mampu berinteraksi dengan budaya lokal. Dalam perubahan yang sangat berdampak bagi setiap lini kehidupan di Indonesia.
            Masuknya Islam ke Indonesia merupakan suatu hadiah terbesar dan anugerah dari Allah. Meskipun dulu Indonesia juga telah berkembang peradaban dari Hindu-Budhaa namun Islam menjadi kepercayaan yang cepat menyebar, hal itu dikarenakan Islam dibawa oleh kaum-kaum pedagang maupun para da’I  dan ulama yang menyiarkan suatu rangkaian ajaran dan gaya hidup yang secara kualitatif lebih maju dari peradaban yang ada. Hal ini dapat kita nilai bahwa ajaran Islam yang masuk ke Indonesia adalah transformasi sosial yang positif yang perlu kita kaji lebih dalam mengenai kapan datangnya Islam itu sendiri ke Indonesia, serta peradaban apa yang telah Islam bentuk.
B.     Rumusan Masalah
1.      Jelaskan sejarah masuknya Islam dan mengenai Teori kedatangan Islam ke Nusantara
2.      Bagaimana proses tasawuf dan islamisasi di Indonesia ?
3.      Apa sebab-sebab Islam berkembang cepat di Indonesia ?




BAB II
PEMBAHASAN



A.    Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia
            Penyebaran Islam di Nusantara ini umumnya berlangsung melalui dua proses. Pertama, penduduk pribumi yang berhubungan dengan agama Islam kemudian menganutnya. Kedua, orang-orang Asing Asia seperti Arab, India dan Cina yang melakukan perkawinan campuran dan mengikuti gaya hidup lokal. Atau mungkin proses ini berjalan secara bersamaan. Dalam menerima ajaran Islam pun mereka tidak lalu meninggalkan kepercayaan dan praktek keagamaan yang lama.[1]
            Teori tentang masuknya Islam ke Indonesia tentu saja memiliki perbedaan data yang dapat merekontruksi sejarah itu secara valid. Serta harus diketahui bahwa penulisan sejarah ini diawali oleh golongan orientalis yang kemudian juga diikuti oleh para sarjana Muslim.[2] Setidaknya ada empat teori tentang Islamisasi di Indonesia yang itu merupakan sumber ektern, yaitu Islam bersumber dari Anak Benua India (teori India), teori Arab, teori Persia dan teori Cina.
1.      Teori India
      Teori ini dikemukakan oleh Pijnappel, Snouck Hurgronje, Moqutte dan Fatimi. Dalam teori ini dijelaskan bahwa Islam datang ke Indonesia berasal dari Anak Benua India pada abad ke-13.
§                  Pijnappel mengajukan adanya bukti persamaan mazhab Syafi’i antara Anak Benua dengan Indonesia. Jadi pada saat itu orang-orang Arab yang bermazhab Syafi’i bermigrasi dan menetap di Gujarat dan Malabarlalu membawa Islam ke Nusantara. Dalam pendapatnya itu islamisasi di Nusantara dilakukan oleh orang Arab, tapi bukan langsung dari Arab melainkan dari India. Terutama Gujarat dan Malabar.
§                  Snouck Hurgronje menyatakan hal yang berbeda. Menurutnya Islam Nusantara bukan berasal dari Arab karena sedikitnya fakta peranan bangsa Arab dalam penyebarannya. Islam Nusantara ialah berasal dari India, karena sudah lama terjalin hubungan perdagangan antara India dan Indonesia ditambah dengan adanya inskripsi tertua tentang Islam yang terdapat di Sumatra yang mengindikasikan adanya hubungan Sumatra dengan Gujarat. Sumatra Utara juga menjadi tempat Ibn Battuta, seorang musafir Maroko yang singgah di daerah itu pada tahun 1345 M dari perjalanannnya dari Benggala ke Tiongkok. Disinilah tempat itu menjadi penting bagi rekontruksi perkembangan Islam di kepulauan itu. Selain itu ada kesamaan batu nisan abad ke-15 M yang ditemukan di distrik Pasai yang bertuliskan kematian seorang pangeran Abbasiyah 1407 M, sama dengan batu nisan Maulana Malik Ibrahim di Gresik yang meninggal tahun 1419 M.
§      Sedikit berbeda dengan Snouck Hurgronje, Moquette berpendapat jika persamaan itu adalah antara makam Maulana Malik Ibrahim dengan batu nisan yang ada di Cambay, Gujarat. Mengenai batu nisan yang ditemukan di distrik Pasai itu seperti makam Malik al-Shalih (1297 M) berbeda bentuknya dengan yang berasal dari Cambay.
§      Fatimi juga berbeda pendapatnya, menurutnya batu nisan yang ada di makam Malik al-Shalih di Samudra Pasai ini ada persamaannya dengan yang ada di Bengal (sekarang Bangladesh) dan coraknya sangat berbeda dengan yang ada di Gujarat.
Menanggapi tentang asal-usul Islam dari Gujarat, Marrison berpendapat meskipun beberapa batu nisan berasal dari Gujarat tapi bukan berarti Islam berasal dari sana. Karena dilihat dari Malik al-Shalih yang meninggal tahun 698 H/1297 M sama ketika Gujarat mulai ditakhlukkan dan Gujarat saat itu masih kerajaan Hindu dan Cambay baru dikuasai muslim tahun 699 H/1298 M. Dia berpendapat bahwa Coromandellah yang membawa Islam ke Indonesia.
2.      Teori Arab
      Teori ini dikemukakan oleh Sir Thomas Arnold, Crawfurd, Niemann dan de Hollander. Arnold berpendapat bahwa adanya kesamaan mazhab antara Coromande dan Malabar dengan mazhab mayoritas umat Islam di Nusantara yaitu mazhab Syafi’i. Mereka berdagang sambil menyebarkan agama Islam.[3] Menurutnya juga para pedagang Arab itu membawa Islam saat menguasai perdagangan Barat-Timur sejak awal abad ke-7 M dan ke-8 M.
Crawfurd juga sependapat bahwa Islam dikenalkan langsung dari Arab meskipun tidak bisa dipungkiri juga bahwa hubungan antara bangsa Melayu-Indonesia juga memiliki hubungan yang sangat penting.
Para ahli di Indonesia juga sepakat dengan teori ini. Menurut mereka tahun 674 M telah terdapat perkampungan Arab Islam di pantai barat Sumatra dan telah terjalin hubungan sebelum abad ke-13. Mereka mengatakan bahwa Islam datang ke Indonesia pada abad ke-7 langsung dari Arab.[4] Selain itu juga gelar al-Malik yang mendapat pengaruh besar dari Mesir. Bukan Shah atau Khan yang terjadi di Persia dan India.
3.      Teori Persia
Teori ini dikemukakan oleh P.A Hoesein Djajadiningrat. Teori ini menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13 di Sumatra, tepatnya di Samudra Pasai. Ia melihat dari bukti persamaan, antara lain :[5]
a.       Adanya peringatan 10 Muharram atau Asyura yang berkembang dalam masyarakat Syiah untuk memperingati hari kematian Husain di Karbela.
b.      Adanya persamaan antara ajaran al-Hallaj, tokoh sufi Iran dengan ajaran Syeikh Siti Jenar.
c.       Persamaan sistem mengeja huruf Arab bagi pengajian tingkat awal.
d.      Adanya persamaan batu nisan yang ada di makam Malik al-Shalih(1297 M) di Pasai dengan Malik Ibrahim(1419 M) di Gresik.
Terdapat kemungkinan juga bahwa kata “Pasai” itu berasal dari kata Persia.
4.      Teori Cina
      Menurut pandangan dari teori ini pada abad ke-9 M banyak oaring Muslim Cina yang mengungsi ke Jawa. Sebagian ke Kedah dan Sumatra. Sebelumnya pada abad ke-8 sampai 11 M pun sudah ada pemukiman Arab muslim di Cina dan Campa. Hal ini terjadi karena pada masa Huan Chou terjadi penumpasan terhadap penduduk Kanton di wilayah Cina Selatan yang mayoritas Cina.[6] Setidaknya masa-masa itu juga perlu diperhatikankarena sekitar abad ke-15 M dan abad ke-16 M telah terjadi hubungan yang baik antara Cina dan Jawa. Dalam Ming-Shi dan Ying-yai Sheng Lan dijelaskan adanya masyarakat Cina di Jawa yang berasal dari Kanton, Zhangzhou, Quanzhou dan kawasan Cina Selatan. Mereka menetap di pelabuhan-pelabuhan terutama Tuban, Gresik dan Surabaya. Mereka telah memeluk Islam dan taat beribadah. Bukti artefaknya yaitu adanya unsur Cina dalam arsitektur masjid-masjid Jawa Kuno seperti pada masjid Banten, motif hiasan di Masjid Sendang Duwur Paciran Lamongan dll.
Sumber internnya yaitu :
1.      Batu nisan Fatimah binti Maimun (1028 M) yang bertuliskan Arab di Leran Gresik.
2.      Makam Sultan Malik al-Shaleh (1297 M) di Sumatra.
3.      Makam Maulana Malik Ibrahim (1419 M) di Gresik.al

B.     Proses Islamisasi dan Tasawuf di Indonesia
Proses ini dilakukan dengan berbagai cara, antara lain :[7]
a)      Perdagangan
      Para pedagang ini berasal dari Arab, Gujarat dan Persia. Mereka juga mendirikan perkampungan pedagang Muslim yang disebut Pekojan. Melalui perdagangan inilah Islam berkembang pesat.
b)      Perkawinan
      Tentu saja dalam perkawinan akan terbentuk saling keterikatan kekerabatan dan ini adalah hal yang paling mudah. Status sosial, ekonomi maupun politik bangsawan akan mempercepat proses islamisasi, seperti :
-          Perkawinan antara Putri Cempa dan Sultan Brawijaya melahirkan Raden Patah.
-          Perkawinan antara Rara Santang (Putri Prabu Siliwangi) dengan Syarif Abdullah melahirkan Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati).
-          Perkawinan antara putri Blambangan dengan Maulana Ishak melahirkan Raden Paku (Sunan Giri).


c)      Politik
      Dalam bidang inilah proses Islamisasi banyak dilakukan oleh para dai dengan mendekatkan diri kepada orang-orang yang berkuasa pada saat itu. Karena raja atau pemimpin lah yang menjadi panutan bagi raktaynya.
-          Ketiga proses tersebut merupakan proses pengenalan ajaran Islam. Sedangkan tiga proses dibawah ini merupakan proses penguatan pengetahuan tentang ajaran-ajaran Islam.
d)     Pendidikan
      Sebagai sarana bagi penguatan ajaran Islam tersebut, para penyebar agama Islam (para ulama dan dai) membuat lembaga-lembaga pendidikan. Diantaranya adalah didirikannya Pesantren-pesantren antaranya Surau di Padang, Dayah di Aceh, Pondok Pesantren  Ampel Denta di Surabaya dan Pondok Pesantren Giri di Gresik.
e)      Seni Budaya
      Proses Islamisasi dalam bidang seni budaya misalnya dalam seni bangunan, seni pahat, seni ukir, seni tari, musik dan sastra. Misalnya saja cara yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga yang menyebarkan ajaran Islam dengan membuat cerita-cerita pewayangan yang menyelipkan pesan-pesan dakwah. Dimana cerita wayang itu tidak sekedar menjadi tontonan tapi juga menjadi tuntunan yang bisa memantapkan keimanan mereka pada Allah SWT.
f)       Proses Tasawuf
      Secara sederhana tasawuf dimaknai dengan jalan spiritual atau pendekatan seseorang secara lebih intensif kepada Allah SWT untuk mencapai keridhaanNya, pelakunya disebut dengan sufi.[8] Mereka berupaya untuk meninggalkan keduniaan. Mereka juga membentuk kelompok-kelompok yang dikenal dengan tarekat (thariqah) seperti tarekat syatiriah, qadariyah, syadziliah dsb. di Nusantara guru-guru sufi atau tarekat dikenal dengan istilah sunan, wali, syekh atau dato. Ajaran Tasawuf masuk ke Indonesia pada abad XII M. misalnya di Aceh seperti Hamzah Fansuri, Syamsudin as-Sumatrani dan Nuruddin al-Raniri. Begitu juga di Jawa, sebagian Wali Songojuga ada yang mengajarkan tasawuf seperti Sunan Bonang dan Sunan Kudus.

Pokok-pokok Ajaran Tasawuf, diantaranya:
a.       Tasawuf Akhlaki
Yaitu manusia yang bersih jiwanya dalam rangka mencapai tujuan untuk mendekatkan diri dan beribadah kepada Allah.
b.      Tasawuf ‘amali
Merupakan kelanjutan dari tasawuf akhlaki yaitu mendekatkan diri kepada Allah dengan amalan-amalannya.
c.       Tasawuf Falsafi
Memadukan antara visi mistis dan visi rasional. Ciri khas tasawuf ini adalah adanya persamaan ajaran-ajaran yang kemungkinan tidak dipahami kecuali oleh orang yang memahami ajaran tasawuf. Ajaran ini dipandang sebagai filsafat karena ajaran iini didasarkan pada rasa (dzauq).

C.     Sebab-sebab Islam Berkembang Cepat di Indonesia
Menurut Dr. Adil Muhyiddin al-Allusi seorang penulis sejarah dari Timur Tengah menyatakan bahwa ada tiga faktor yang menyebabkan Islam berkembang cepat di Indonesia, yaitu :
1.      Faktor Agama
      Faktor agama disini adalah akidah Islam itu sendiri dan dasar-dasarnya adalah menjunjung harkat dan martabat, menghapuskan sistem kekuasaaan dan kelas-kelas seperti yang diajarkan agama Hindu. Berbeda dengan Islam yang tidak membedakan kelas dan semua adalah sama dihadapan Allah sesuai dengan tingkat ketaqwaannya. Dengan demikian masyarakat dapat hidup saling rukun, bersaudara, bergotong-royong, saling menghargai dan bersikap toleran.
      Selain itu akidah sufi kaum muslimin juga ikut membantu memasyarakatkan Islam di Indonesia, yang memiliki banyak persamaan dengan kepercayaan kuno Indonesia. Seperi ajaran animism.
2.      Faktor Politik
      Adanya pertarunagn antar Negara dimana Negara-negara itu menganut pemerintahan dengan ajaran Hindu. Dengan begitu Indonesia memilih dengan menganut ajaran agama Islam yang dipercayai ampuh untuk melawan dan menumbangkan kekuatan Hindu. Hal itu dapat kita lihat dari semangat keislaman yang masih tumbuh ditengah-tengah masyarakat.
3.      Faktor Ekonomis
      Kita tau bahwa faktor ini pertama kalinya diperankan oleh para pedagang. Khususnya yang paling berperan ialah para pedagang terutama yang melewati wilayah Indonesia. Menurut riwayat Sultan Pasai yang muslim itu mau membuka pasar-pasarnya bagi penguasa Kerajaan Malaka asalkan mereka bersedia menganut agama Islam.
      Demikianlah perdagangan antara kepulauan Indonesia pesat sekali, sehingga Islam berhasil mencapai Irian dan Papua, sementara orang-orang Hindu bertahan di Bali dan Lombok Barat.




















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
            Islam di tanah air kita masuk secara damai dan lebih bercorak pada sentuhan sufistik (sentuhan para ulama) dan bukan bercorak politik (kekuatan militer atau penaklukan). Islam di Nusantara pun tidak hanya diajarkan saja tetapi juga dikuatka dengan adanya pendidikan,kesenian dan juga tasawuf. Proses islamisasi memang tidak memiliki awal yang pasti namun masih hidup dan berkembang pada saat ini. Islamisasi juga merupakan proses yang berkesinambungan yang berpengaruh pada masa itu dan masa kini. Islam di Indonesia dipengaruhi oleh lingkungan dan berkembang sejalan  dengan budaya lokal. Islam juga sendiri telah tertanam dalam konteks sosio-ekonomi dan politik.
B.     Saran
            Islam datang ke Nusantara merupakan suatu cahaya bagi keterpurukan serta ketidak tahuan kita. Islam merupakan anugrah Allah bagi manusia yang menjalankan kehidupan di Indonesia. Sebagai manusia yang budiman hendaknya kita menerimanya dan menjaga serta mengembangkan segala ilmu dan pengetahuan tersebut. Karena Islam adalah agama Allah yang sempurna menurut orang yang mempercayainya.











DAFTAR PUSTAKA

Mundzirin Yusuf dkk, Sejarah Peradaban Islam di Indonesia, (Yogyakarta,SKI UIN Yogyakarta Penerbit Pustaka)
Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, (Jakarta: Rajawali Press, 2012)
Machfud Syaefudin dkk., Dinamika Peradaban Islam Prespektif Historis, (Yogyakarta, Pustaka Ilmu, 2013)
Saeful Bahri, Sejarah Peradaban Islam Perkembangan Islam di Nusantara, (Tangerang, 2015)















[1] Mundzirin Yusuf dkk, Sejarah Peradaban Islam di Indonesia, (Yogyakarta,SKI UIN Yogyakarta Penerbit Pustaka) hlm. 33
[2] Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, (Jakarta: Rajawali Press, 2012) hlm. 7
[3] Ibid,. Mundzirin Yusuf dkk, hlm. 37
[4]Ibid,.hlm. 38
[5]Ibid,.hlm. 40
[6]Ibid,.hlm. 42
[7] Machfud Syaefudin dkk., Dinamika Peradaban Islam Prespektif Historis, (Yogyakarta, Pustaka Ilmu, 2013) hlm 251
[8] Saeful Bahri, Sejarah Peradaban Islam Perkembangan Islam di Nusantara, (Tangerang, 2015) hlm. 23
 
Categories:

0 komentar:

Posting Komentar